Keagamaan

Lailatul Qadar Penyingkapan Tabir Waktu

Penulis : Agus Maryanto
Ketua KPU Kabupaten Musi Rawas Utara
Periode 2015-2019 dan 2019-2024

PENAMURATARA.COM – Manusia adalah makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan di semesta ini. Tetapi, mengapa manusia terus melatih diri untuk berperang.

Menguasai sumber-sumber kapital, mengeksploitasi semesta dan sesamanya demi mempertahankan posisinya sebagai makhluk tertinggi.

Sejarah kekuasaan bangsa Roma dari masa Kaisar Hederianus hingga Konstantinopel telah mementaskan kebodohan manusia dalam mempertahankan posisinya.

Dimana para pengagung dan penyembah Yupiter terus mengagresi dan menekan para Penyembah Tuhan.

Puncaknya terjadi saat Gubernur Philadelpia, Diolektianus memerintahkan Jullius untuk menangkap dan menyalib Maxmillianus beserta 6 temannya.

Mereka menjadi martir di hadapan kaisar Roma dan menegaskan diri sebagai pengikut Isa Almasih As dan penanti kedatangan Muhammad SAW.

Hingga Maxmillianus dan enam temannya serta Qithmir (anjing milik penggembala, Antonius) terdesak dan berlindung di dalam gua Ajelus.

Mereka merasa lelah dan tertidur hanya semalam namun sebanding dengan 300 tahun. Selama itu pula penduduk Roma telah berubah menjadi Penyembah Tuhan serta meninggalkan Yupiter.

Peristiwa ini yang lebih populer dikenal dengan kisah ashabul kahfi. Dalam satu malam Tuhan telah merendahkan kekuasaan bangsa Roma selama 300 tahun.

Dalam satu malam Tuhan telah melecehkan lebih dari 20 orang kaisar Roma. Dalam satu malam Tuhan telah menunjukkan kebodohan para penentang perintah-Nya selama 300 tahun.

Tuhan hanya menutupi lapisan kebodohan manusia selama 300 tahun hanya dengan tabir waktu satu malam. Demikian halnya dengan peristiwa agung di bulan Ramadan.

Tuhan akan menunjukkan kebodohan dan merendahkan manusia hanya dengan satu malam yang sebanding dengan 1000 bulan kemuliaan.

Sebagaimana Tuhan telah mementaskan kebodohan manusia dengan simbol, Ibnu Muljam.

Yaitu manusia laknat yang telah menebas kepala mulia Putra Ka’bah, simbol dari puncaknya manusia yang ma’rifatullah, simbol keadilan, simbol kebenaran dan pengikut Muhammad SAW.

Peristiwa itu hanya terjadi satu malam yang sebanding dengan keanggungan 1000 bulan di antara malam-malam, 19,  21, dan/atau 23 Ramadan tahun 40 H.

Peristiwa syahid manusia agung itu telah menjadi penyatuan penduduk langit dan bumi. Karena malaikat beserta para ruh mulia turun ke bumi.

Menyambut ruh suci Putra Ka’bah yang telah menunaikan janji suci kepada Nabi SAW. Sekali lagi tabir waktulah yang menutupi kebodohan manusia.

Semoga di penghujung Ramadan ini kita dapat memperoleh ‘penyingkapan’ tabir waktu itu (Lailatul Qadar). Kita tidak hanya dipandang sebagai makhluk yang hanya berupa campuran air dan lumpur.

Namun menjadi makhluk yang terus mengalami gerak substansial menuju Insan Kamil. Dan tetap menjadi makhluk tertinggi dengan keutamaan menjadi pecinta dan pengikut Muhammad dan keluarganya yang suci. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button